Oleh: Winarto
Ada dua kenikmatan yang sering dilupakan oleh sebagian ummat manusia, yakni nikmat sehat dan nikmat sempat. Nabi Muhammad bersabda:
نِعْمَتَانِ مَغْبُوْنٌ فِيْهِمَا كَثِيْرٌ مِنَ النَّاسِ: الصِّحَّةُ وَالفَرَاغُ
"Dua nikmat yang banyak manusia tertipu di dalam keduanya, yaitu nikmat sehat dan waktu luang." (HR. Bukhari, Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Akibatnya banyak orang yang rugi karena hal tersebut, yakni mereka yang tidak mampu menggunakan kenikmatan tersebut untuk sesuatu yang bermanfaat dan bermakna bagi dirinya. Rata-rata manusia baru menyadarinya ketika semuanya sudah berlalu.
Pada dasarnya setiap manusia diberikan porsi waktu yang sama oleh Allah SWT. Titik perbedaannya terletak pada cara mengelolanya dengan tepat atau tidak. Tak sedikit sebagian manusia yang menghabiskan waktunya untuk hal-hal yang tidak berfaedah, sehingga menjerumuskan dirinya pada jurang kesia-siaan. Padahal, kesempatan yang masih diberikan oleh Allah sejatinya untuk mengumpulkan amal shaleh sebanyak-banyaknya sebagai bekal yang akan dibawa pulang ke kampung akhirat kelak agar tidak termasuk golongan orang yang merugi. Allah SwT berfirman:
وَالْعَصْرِ. إِنَّ الْإِنسَانَ لَفِي خُسْرٍ. إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ العصر: ١-٣
Demi masa. Sesungguhnya manusia benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan saling nasehat menasehati dalam kebaikan, dan saling nasehat menasehati dalam kesabaran. (QS. Al-Asr [105]:1-4)
Titik poin dari surah tersebut adalah pentingnya menggunakan waktu, yakni untuk meningkatkan iman, mngerjakan amal sholeh dan saling menasehati dalam kebaikan dan kesabaran. Makna amal sholeh dalam ayat ini adalah sangat luas, termasuk di dalamnya menuntut ilmu pengetahuan dengan rajin dan tekun agar tidak ketinggalan dengan ummat-ummat lain. Demikian pula dengan bekerja keras dan professional sesuai dengan bidangnya, sehingga dapat menghasilkan sesuatu yang membawa kemaslahatan ummat.
Demikianlah akan arti pentingnya waktu dalam kehidupan manusia. Dalam sebuah hadits Rosululloh SAW juga memberikan peringatan sperti berikut: Dalam suatu kesempatan beliau Rasululloh SAW memberi nasehat kepada Ibnu Umar sebagaimana hadits berikut:
عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ: أَخَذَ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّ اللَّهِ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِمَنْكِبَيَّ فَقَالَ: كُنْ فِيْ الدُنْيَا كَاَنَّكَ غَرِيْبٌ, أَوْ عَابِرُ سَبِيْلٍ. وَكَانَ ابْنُ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا يَقُوْلُ: إِذَا أَمْسَيْتَ فَلاَ تَنْتَظِرِ الصَّبَاحَ, وَإِذَا أَصْبَحْتَ فَلَا تَنْتَظِرِ الْمَسَآءَ, وَخُذْ مِنْ صِحَّتِكَ لِمَرَاضِكَ وَمِنْ حَيَاتِكَ لِمَوْتِكَ. (رواه البخارى)
Ibnu Umar ra. Berkata: Rasulullah SAW memegang pundakku lalu bersabda: “jadilah engkau didunia laksana orang asing atau orang yang menyeberangi jalan. Ibnu umar berkata: “bila engkau berada di sore hari, maka jangan menunggu datangnya pagi. Dan apabila engkau di pagi hari, maka jangan menunggu datangnya sore. Manfaatkan waktu sehatmu sebelum sakitmu, dan waktu hidupmu sebelum matimu.” (H.R. Bukhari).
Dari hal tersebut di atas, lalu bagaimana agar waktu yang kita miliki bisa termanfaatkan dengan optimal? Terdapat 3 hal pokok yang dapat dilakukan untuk manajemen waktu dengan baik:
- Menjadikan Sholat Fardhu sebagai barometer kedisiplinan. Artinya: didik diri kita sendiri dengan budaya disiplin dan tertib dalam menjalankan sholat fardhu. Hal tersebut akan memberikan dampak positif bagi segala aktivitas yang kita lakukan. Sudahkah kita menjalankannya? Belum ada waktu terlambat. Segera benahi dan perbaiki kebiasaan diri kita untuk disiplin dalam menjalankan sholat fardhu lima waktu.
- Bertindak Produktif dalam setiap waktunya. Jangan Buang Waktu secara percuma. Ukuran bertindak produktif adalah apa yang kita lakukan dapat memberikan peningkatan diri baik dalam pengetahuan, sikap maupun ketrampilan kita. Kuncinya adalah melakukan kegiatan yang bermakna bagi kehidupan kita. Salah satu caranya adalah dengan memahami konsep belajar sepanjang hayat. Belajar tanpa kenal ruang dan waktu, untuk peningkatan kompetensi diri. Jangan pernah berhenti untuk belajar dan tanpa kenal putus asa.
- Jauhi sikap menunda-nunda pekerjaan. Menunda nunda pekerjaan adalah salah satu penyakit yang hamper diderita oleh sebagian besar manusia. Kebiasan ini dipicu oleh rasa malas yang ada pada diri manusia. Malas memang memberikan dampak yang tidak baik bagi diri manusia.
Semoga bermanfaat
Related Posted:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar