Oleh: Winarto
Allah SWT
berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 153:
يٰٓاَيُّهَا
الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اسْتَعِيْنُوْا بِالصَّبْرِ وَالصَّلٰوةِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ
مَعَ الصّٰبِرِيْنَ
Artinya:
Wahai orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan
sabar dan salat. Sungguh, Allah beserta orang-orang yang sabar.
Dalam ayat
tersebut, disebutkan bahwa Allah bersama orang-orang yang sabar. Apa yang lebih
indah… apa yang lebih manis dari kebersamaan dengan Allah.
Bahkan
dalam surat Ali Imran ayat 146, Allah berfirman:
وَاللّٰهُ
يُحِبُّ الصّٰبِرِيْنَ
Dan Allah
mencintai orang-orang yang sabar. Bukankah sungguh manis jika kita dicintai oleh
Allah.
Arti sabar
Apa sebenarnya sabar itu? seperti kita ketahui, dalam bahasa Arab, pengertian sabar secara bahasa mengandung makna radhiya (ridha), tajallada (mengikat) tahammala (beratahan),ihtamala menahan), dan dalam menghadapi sesuatu fi huduu’ wa ithmi’naan (dalam ketenangan) dan duuna syakwaa (tanpa mengeluh).
Tidak mudah untuk sabar, Untuk mencapai tingkatan itu diperlukan perjuangan yang keras. Allah berfirman dalam Surat Al-Baqarah ayat 45
وَاسْتَعِيْنُوْا
بِالصَّبْرِ وَالصَّلٰوةِ ۗ وَاِنَّهَا لَكَبِيْرَةٌ اِلَّا عَلَى الْخٰشِعِيْنَۙ
Artinya:
Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat. Dan (salat) itu
sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk.
Mengapa
berat? Karena sebagaimana arti bahasanya sendiri, dalam bersabar kita harus
mampu menahan diri dan bertahan dari hal-hal yang menggoda kita, dari hal-hal
yang tampaknya menyenangkan dan memberikan kenikmatan.
Jika kita
berkaca dari kisah Nabi Yusuf dalam Al-Quran. Setidaknya ada 3 jenis kesabaran
yang harus kita asah. Yaitu sabar menahan amarah, melawan godaan nafsu, dan
menghadapi cobaan:
Sabar menahan amarah
Bentuk
kesabaran yang pertama adalah sabar dalam menahan amarah. Marah juga merupakan
satu bentuk ekspresi manusia ketika ada seseorang didholimi, atau ditimpa sesuatu
yang tidak dikehendakinya. Marah adalah manusiawi, namun ketika luapan emosi tersebut
tidak terkendali atau tidak terkontro, maka akan berakibat fatal bagi dirinya,
akan mengganngu kesehatan mental atau psikisnya. Sebagai hamba yang beriman,
menahan marah adalah sesuatu yang harus dilakukan.
Perasaan
marah biasanya dilampiaskan dalam bentuk ucapan seperti umpatan, celaan, dan
semacamnya; atau dalam bentuk perbuatan seperti memukul, menendang, dan
semacamnya. Menahan marah berarti menahan diri dari ucapan atau perbuatan yang
menjadi bentuk pelampiasan marah tersebut.
Dalam
surah surat Ali Imran, Allah berfirman, “(Yaitu) orang-orang yang menafkahkan
(hartanya), baik pada waktu lapang maupun sempit, serta orang-orang yang
menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang
yang berbuat kebajikan. (QS Ali Imran [3]: 134)”
Dan
sungguh tepat momentum Ramadhan ini kita gunakan untuk lebih bersabar dalam
menahan amarah. Dalam kitab shahih Muslim kita menemukan Hadith Rasulullah SAW
yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah:
“
إِذَا أَصْبَحَ أَحَدُكُمْ يَوْمًا صَائِمًا فَلاَ يَرْفُثْ وَلاَ يَجْهَلْ فَإِنِ
امْرُؤٌ شَاتَمَهُ أَوْ قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّي صَائِمٌ إِنِّي صَائِمٌ ”
Artinya:
Jika salah seorang diantara kamu berpuasa, hendaklah dia tidak berkata-kata
yang kotor ataupun melakukan perbuatan yang bodoh. Dan jika ada seseorang yang
mencelanya atau mengajaknya bertengkar maka hendaklah ia berkata, “Sesungguhnya
aku seorang yang berpuasa, sesungguhnya aku seorang yang berpuasa.” (HR.
Muslim)
Tentu tidak mudah, dan tidak ringan menahan amarah. Lalu bagaimana tips menahan marah. Berkenaan dengan marah, Islam tak hanya memerintahkan umatnya untuk menahannya. Lebih dari itu, syariah juga mengajarkan metode untuk meredakan kemarahan. Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya marah itu dari setan dan sesungguhnya setan itu diciptakan dari api, sementara api bisa dipadamkan oleh air. Karena itu, jika salah seorang di antara kalian sedang marah, hendaklah dia berwudhu (HR Abu Dawud dari Athiyah)”.
Rasulullah
saw. juga bersabda: “Apabila salah seorang di antara kalian sedang marah dalam
keadaan berdiri, hendaklah dia duduk jika kemarahan itu dapat hilang. Apabila
(kemarahan) itu tidak hilang, hendaklah dia berbaring (HR Abu Dawud dari Abu
Dzar)”.
Sabar melawan godaan nafsu
Sepulang
Rasulullah dan para sahabat dari suatu peperangan yang sangat menentukan pada
tanggal 17 Ramadan, yaitu Perang Badar, beliau berkata,"Kita baru saja
kembali dari jihad kecil menuju jihad besar.” (raja’na min al-jihad al-ashghar ila al-jihad
al-akbar). Para sahabat heran dengan perkataan Rasulullah tersebut karena
peperangan yang sangat berat tersebut dianggap hanya sebagai jihad kecil dan
masih ada jihad lain yang jauh lebih besar lagi. Mereka bertanya,"Jihad
apa itu ya Rasulullah?” Beliau menjawab,"Jihad melawan hawa nafsu.” Jihad
melawan hawa nafsulah jihad yang jauh lebih besar daripada segala peperangan
yang bersifat fisik.
Puasa di
bulan Ramadan merupakan momentum yang paling tepat untuk mengasah kemampuan
diri dalam mengelola diri sendiri yang memiliki efek dimensi sosial. Lalu…bagaimana
agar puasa kita dapat menjadi media pelatihan diri yang berhasil. Salah satunya
adalah menjadikan momen puasa bukan semata sebagai ibadah rutin tahunan,
melainkan sebagai media penggemblengan diri dalam melatih pengendalian diri
sendiri. Nafsu hewaniah, nafsu syahwat perlu kita kendalikan, sehingga kita
benar-benar menjadi pribadi unggul di hadapan Alloh, pribadi yang santun,
memeiliki tenggang rasa dan control diri yang kuat. Menjadi pribadi yang
berakhlaq mulia
Sabar menghadapi cobaan
Pada
dasarnya manusia tidak bisa lepas dari cobaan hidup. Di jaman yang semakin
modern seperti sekarang ini, banyak tantangan dan cobaan yang harus dihadapi. Sebagai
hamba Alloh yang beriman, tentunya kita harus menghadapinya dengan penuh
optimis, tidak mudah putus asa, tidak mudah mengeluh. Dan untuk dapat melakukan
ini butuh suatu kesabaran yang tinggi. Ibadah puasa Ramadhan, seperti yang
sedang kita lakukan saat ini, pada dasarnya melatih diri kita untuk menghadapi
berbagai cobaan. Tinggal kita…bagaimana dapat mengambil hikmah dan pelajaran
dari puasa itu sendiri. Dalam sebuah hadits nabi disebutkan:
"Perkara
orang mukmin itu mengagumkan, sesungguhnya semua perihalnya baik dan itu tidak
dimiliki seorang pun selain orang mu`min; bila tertimpa kesenangan, ia
bersyukur dan syukur itu baik baginya, dan bila tertimpa musibah, ia bersabar
dan sabar itu baik baginya." (HR. Al-Bukhari Muslim, dari sahabat Shuhaib
Semoga bermanfaat…!!
Ref: unida.gontor.ac.id
Republika.co.id
Related Posted:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar